ketidakseharusan

segerombolan domba liar berjalan menuju padang hijau di tepi barat pegunungan demi mengais rerumputan hijau yang ranum nan padu dengan alunan jiwa mereka di padang gersang hidup mereka
bukan karena mereka hasil dari penciptaan sang Pencipta melainkan karena kekuatan mereka untuk tetap berjalan menempuh keseharusan mereka untuk hidup, padahal secara nyata mereka yang telah tersajikan dalam angan-angan seorang algojo pemotong leher-leher binatang di pasar hewan yang akan menjadi rebutan para mulut-mulut lapar yang rela menukarkan sekumpulan koin mereka demi irisan daging para domba-domba padang rumput
sebuah titik berat yang selama ini tak pernah tersadarkan setiap manusia di bumi yang tak pernah mau merasa sadar akan jiwa mereka yang sebenarnya telah diberkati dengan akal budi yang melebihi akal budi para domba padang rumput hijau di ujung pegunungan
kelamahan setiap manusia yang tak pernah sadar bahwa mereka hidup untuk mengabdi dan menikmati dunia dan menikmati para domba dengan nafsu-nafsu buasnya malah semakin lemah dan putus asa tak pernah mau berjalan mencari padang rumput hijau nan ranum layaknya segerombolan domba padang rumput